Posted by : Unknown Kamis, 12 Juni 2014




Malang- Menjelang pemilihan presiden tahun 2014, Pengurus Muslimat Kabupaten Malang melakukan konsolidasi di Auditorium Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang pada Selasa (09/06). Konsolidasi ini memberikan pembekalan materi mengenai siapa seharusnya yang akan dipilih dan bagaimana strategi pemenangannya. Dalam hal ini, Abah Hasyim Muzadi memberikan sebuah arahan dalam pemilihan presiden tahun ini.
Menurut Hasyim sejarah perpolitikan Indonesia dalam pemilihan presiden, tokoh Nahdlatul Ulama pasti berpartisipasi baik mencalonkan diri menjadi presiden maupun wakil presiden. Bahkan pada tahun 1999, menurutnya, seorang tokoh NU yaitu Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke-4. Pada pilpres selanjutnya yaitu pada tahun 2004, terdapat Shalahuddin Wahid sebagai cawapres dari Wiranto, lalu M. Jusuf kalla dari Soesilo Bambang Yudhoyono dan dirinya dengan Megawati Soekarno Putri. Sedangkan pada tahun 2009, hanya M. Jusuf Kalla yang menjadi calon presiden dari kalangan NU. Dan pada tahun ini, lanjutnya, tidak ada calon presiden dari kalangan NU.
Maka pada malam 20 Mei 2014, saat Abah Hasyim mengetahui calon wakil presiden dari kedua calon presiden yaitu M. Jusuf Kalla dari capres Jokowi dan Hatta Rajasa dari capres Prabowo, besoknya tanggal 21 Mei, mantan ketua PBNU ini mendeklarasikan dengan yakin memilih pasangan Jokowi-JK. Kata dia, hal ini memang sudah dijustifikasi dengan pernyataan beberapa hari lalu sebelum memilih Jokowi-JK, bahwa Pengasuh Pesma Al-Hikam Malang ini akan memilih pasangan yang ada tokoh NU-nya.
Menurut Abah Hasyim seseorang dapat dikatakan termasuk orang NU jika ia dapat memenuhi 4 aspek. Pertama, amaliahnya merupakan amaliah NU. Kedua, pemikiran keagamaan atau manhaj mengikuti manhaj NU. Ketiga, pemikiran mengenai hubungan agama dan Negara adalah pemikiran dari NU. Dan keempat adalah amaliah pembangunan Indonesia. “Alhamdulillah, keempat-empat aspek ini sudah dimiliki oleh Bapak M. Jusuf Kalla,” ujar Abah Hasyim.
Mengenai isu-isu negatif yang ditujukan kepada Jokowi, Abah Hasyim sudah mengklarifikasi terkait keislamaan Jokowi dengan menghubungi PCNU di Solo. Ia meminta data sebenanrya Jokowi itu siapa. Dan setelah ditelesuri bahwa Jokowi itu sejak lahir adalah seorang muslim yang taat. Selain itu mengenai keterlibatan asing dalam pihak Jokowi, Abah Hasyim juga sudah menghubungi PCI (Pengurus Cabang Istimewa) NU New York bahwa isu tersebut sangat tidak benar. “Maka dari itu, kita sebagai seorang NU harus mantap memilih pasangan Jokowi-JK,” simpul Pengasuh Pesma Al-Hikam Depok ini.

 Pasangan Jokowi-JK dapat dikatakan adalah pasangan nasionalis dan religious. Menurutnya, NU sudah sering sekali bergandengan dengan pasangan nasionalis. Karena jika bergandengan dengan  nasionalis, urusan yang berkaitan dengan keagamaan maka akan diserahkan kepada pihak NU. “Ini menjadi hal positif bagi kalangan NU dalam berpartisipasi menjadi bagian dalam pemerintahan,” ujar Abah Hasyim.
Kesimpulannya, pasangan yang pantas dititipi sebuah pemikiran NU menurut Abah Hasyim, adalah pasangan Jokowi-JK. Karena dalam pasangan ini terdapat tokoh NU yang tidak dimiliki oleh pasangan lain. “Hal terpenting yang harus diselamatkan dalam pilpres ini adalah Aswaja dan NU, dan pintu untuk menyelamatkannya ada di pasangan Jokowi-JK. Karena jika diletakkan di pasangan yang lain, tidak terdapat pintu itu dan tidak ada jaminannya (keselamatan Aswaja),” tutup Pengurus Syuriah NU itu. (zul)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Blogger templates

- Copyright © Pena Al-Hikam -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -